Menurut orang-orang Yunani hanyalah dewa yang menjadi pemilik kebijaksanaan. Maka untuk manusia lebih baik dipanggil philosophos, pencinta kebijaksanaan. Memiliki kebenaran sama dengan melampaui status manusiawi. Itu sama saja dengan hybris: rasa sombong adalah hal yang selalu ditakuti orang Yunani. Manusia harus menghormati status insaninya, maka tidak boleh menyebut dirinya pemilik kebijaksanaan, paling-paling pencinta kebijaksanaan. Filsafat dalam batasan modern diartikan antara lain, sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami semua hal yang timbul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia. Selain itu juga filsafat dipahami sebagai ilmu refleksi kritis. Filsafat berfungsi sebagai pendobrak (cara berpikir yang berani) supaya sampai pada pemikiran yang baku dan berfungsi sebagai pembebas (membebaskan orang dari cara berpikir yang keliru). Pokok permasalahn yang dikaji dalam filsafat mencakup 3 segi yaitu apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ada tiga cara dalam pemikiran filsafat:
- In the line : melihat fakta-fakta yang ada (tersurat).
- Behind the line : apa yang melatarbelakangi (tersirat).
- Beyond the line : diluar fakta-fakta yang ada dan yang melatarbelakangi atau yang melampaui (tersirat).
- Landasan Ontologis: apa hakikat, cakupan dan batas dari ilmu masing-masing.
- Landasan Epistemologis: cara, metode dan bagaimana orang bisa mencapainya. Masing-masing ilmu berbeda metode pendekatan: objek materil dan formalnya. Maka metode harus cocok dengan “apa”nya ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
- Landasan Aksiologis: penerapan (untuk apa pengetahuan tersebut dipergunakan), sikap konkrit yang menjadi landasan bertindak demi kesejahteraan umum.
(-) Saintisme adalah suatu cara pandang yang serba ilmiah dan menyatakan ilmu dapat menjelaskan segalanya (ilmu sebagai sumber kebenaran). Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang harus bisa dibenarkan dan diselidiki dengan memakai metode ilmiah.
(-) Sinisme adalah suatu pandangan yang memandang ilmu tidak ada gunanya.
Kita mempelajari filsafat untuk menghidari hal itu dan kita harus bersikap positif.
Lahirnya sains/teknologi, dalam konsepsinya yang modern, tidak bisa dimengerti kecuali dalam hubungannya dengan monoteisme dan dalam orientasinya yang terbaru, sains terbuka terhadap kebenaran-kebenaran filsafat dan religious, serta terhadap koloborasi inter-disipliner. Ada sebuah pertanyaan mengapa orang-orang Cina, yang berabad-abad lamanya sudah mengenal serbuk mesiu, alat cetakan dan kompas ratusan tahun sebelum dunia barat, tidak berhasil mencapai suatu sains yang konsisten? J. Needham, dalam bukunya tentang Science and Civilisation in China menjelaskan kegagalan Cina itu karena alasan yang sama: mentalitas, katanya dan kebudayaan Cina kuno kekurangan aspek penting dalam paham teologis, ialah paham penciptaan sebagai hasil rasional, otonom dan dinamik dari Allah yang transenden.
Tujuan memahami Filsafat Ilmu:
- Untuk memahami hakikat ilmu secara mendalam dengan konstelasi: moral, nilai, agama, politik, pendidikan, hukum, dll.
- Untuk memahami praktis penelitian.
Sumber : http://bangfajars.wordpress.com/2011/10/17/filsafat-untuk-pemula/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar